AI : “Senjata” Baru di Tahun Politik
Dengan membaca artikel ini sampai selesai dan membagikannya untuk orang terdekat maka kamu sudah membantu mencegah disintegrasi bangsa yang mungkin akan terjadi karena dampak penyalahgunaan AI atau Artificial Intelligence.
Baru-baru ini banyak orang dikejutkan dengan adanya foto Donald Trump, yang nampak sedang ditangkap oleh petugas kepolisian. Ada foto lain yang beredar juga menunjukkan Donald Trump seolah-olah sedang berusaha menghindari polisi yang akan menangkapnya. Foto-foto tersebut tersebar ramai menjadi perbincangan di dunia maya terutama Twitter. Foto-foto yang dihasilkan oleh aplikasi Artificial Intelligence ini menjadi viral dengan cepat setelah disebarluaskan melalui retweet dan berbagai grup chat dan sosial media seperti facebook, whatsapp serta telegram.
Foto-foto tersebut ternyata dibuat oleh seorang jurnalis Eliot Higgins menggunakan aplikasi AI generate image yaitu Midjourney. Midjourney sedang populer akhir-akhir ini dan dapat diakses oleh siapapun. Viralnya foto yang dibuat oleh Eliot Higgins telah menggemparkan dunia maya, sayangnya baru dinyatakan palsu oleh media-media mainstream seperti BBC, pada dua hari berikutnya. Di mana foto-foto tersebut telah tersebar luas dengan cepat dan menimbulkan banyak reaksi serta persepsi bagi yang telah melihatnya. Kabarnya, Eliot Higgins kehilangan akses untuk menggunakan Midjourney karena diblok oleh pemilik aplikasi tersebut, ada kata-kata menarik dari Eliot Higgins yang harus kita garis bawahi terlebih dahulu,
”Tweet yang saya posting membuktikan seberapa cepat gambar yang menarik minat dan bias individu dapat menjadi viral.”
Sebelum kita membahas lebih lanjut hal tersebut, pada waktu yang hampir bersamaan dengan viralnya foto Donald Trump, muncul sebuah foto “nyentrik” yang dihasilkan oleh AI. Foto tersebut adalah foto Paus Fransiskus mengenakan jaket musim dingin berwarna putih yang mirip dengan salah satu koleksi merk ternama Balenciaga.
Berbeda dengan foto Donald Trump yang menuai kontroversi, foto Paus Fransiskus justru mendapat banyak respon positif dari netizen, hal ini dikarenakan sikap dan sifat beliau dalam kehidupan sehari-hari memang nampak seperti orang biasa pada umumnya dan dengan adanya foto tersebut malah justru mempertegas itu semua. Bahkan, beliau pernah berdandan seperti badut menggunakan aksesoris bola badut merah di hidungnya dan bahkan merayakan ulang tahun ke-81 bersama anak-anak sambil meniup lilin.
Penyalahgunaan AI juga terlihat pada sebuah postingan dari Amnesty International yang menggunakan AI generated image seolah-olah menggambarkan kebrutalan polisi di Colombia. Foto tersebut sudah dihapus oleh Amnesty International setelah menuai banyak kritikan, namun sayangnya foto tersebut mungkin sudah tersebar luas dalam hitungan detik tanpa ada yang tahu bahwa itu adalah foto yang dihasilkan oleh AI, yang akhirnya akan bermunculan persepsi negatif tentang polisi di Colombia karena foto tersebut.
Gambar atau foto mulai menjadi salah satu media komunikasi yang efektif pada era digital ini, hal ini dikarenakan otak manusia lebih cepat memproses foto dibanding tulisan. Gambar atau foto yang menarik memiliki pengaruh emosional yang kuat pada sebuah persepsi bagi yang melihatnya. Melihat fenomena tersebut, bukan tidak mungkin nantinya teknologi AI berpotensi digunakan sebagai “senjata” baru pada tahun politik 2024. Penggunaan teknologi AI ibarat pisau bermata dua dan mau tidak mau harus tetap kita hadapi. Di dunia politik terlebih lagi saat menjelang pemilu, AI bisa digunakan untuk menciptakan citra baik dari calon terpilih atau justru malah jadi alat untuk menjatuhkan lawan politiknya (black campaign).
Dalam konteks pemilu presiden yang akan kita hadapi sebentar lagi, potensi penyalahgunaan AI dalam black campaign adalah ancaman yang nyata dan perlu diwaspadai. Black campaign adalah kampanye negatif yang bertujuan untuk mencemarkan nama baik lawan politik, biasanya dengan menyebarkan informasi yang salah, menyesatkan, atau tidak etis. Dengan kemampuan AI yang semakin canggih dalam menghasilkan dan memanipulasi konten digital, black campaign dapat menjadi lebih efektif dan sulit untuk dilacak.
Kemajuan AI akhir-akhir ini memungkinkan dalam pembuatan fake photo seperti pada foto-foto diatas, foto-foto palsu tersebut menampilkan sebuah kejadian atau orang melakukan sesuatu hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi atau dilakukan. Foto-foto palsu tersebut dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan terkait pasangan calon terpilih. Hal ini sangat berbahaya, terutama di Indonesia, di mana masyarakat kita seringkali dengan mudahnya menyebarkan informasi tanpa memastikan kebenaran dari informasi tersebut. Adanya jargon “no pict = hoax” yang populer di kalangan masyarakat Indonesia, membuat penyebaran foto-foto palsu tersebut bisa memiliki dampak lebih berbahaya di era AI generated image seperti sekarang ini.
Saling serang antar pendukung pasangan calon terpilih sudah dipastikan akan terjadi terlebih lagi jika ada foto-foto palsu dari AI generated image beredar dan masyarakat kita mempercayai informasi tersebut tanpa bisa membedakan mana yang asli atau palsu, hal ini tentu saja berpotensi mengancam disintegrasi bangsa. Pengetahuan yang minim tentang teknologi AI di Indonesia akan menyebabkan masalah ini semakin bertambah buruk, bisa saja pihak-pihak yang ingin membuat bangsa ini terpecah belah akan memanfaatkan kondisi tersebut.
Ancaman penyalahgunaan teknologi AI tak sebatas hanya berupa foto dan gambar, masih ada ancaman-ancaman yang lain seperti teknologi deepfake, yaitu video manipulasi atau konten digital yang dihasilkan oleh AI dalam menciptakan gambar dan atau audio yang terdengar serta tampak otentik. Seperti yang sedang viral saat artikel ini ditulis, beredar rekaman suara Bapak Jokowi seolah-olah sedang menyanyikan ulang beberapa lagu hits dari penyanyi dalam maupun luar negeri. Hal tersebut rawan disalahgunakan untuk membuat rekaman pernyataan dengan unsur black campaign yang bertujuan menjatuhkan pihak tertentu atau membuat statement mengandung unsur SARA yang dapat memicu konflik dalam negeri, seperti kasus Ahok beberapa waktu yang lalu.
Pengenalan tentang teknologi AI dan bagaimana cara memverifikasi keaslian sebuah gambar, foto dan video sangat penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat kita dan memerlukan peran serta pemerintah dalam hal ini, demi melindungi integritas proses pemilu dan menjaga persatuan bangsa. Platform media sosial yang ada di Indonesia serta penyedia layanan internet juga harus berperan aktif dalam mengidentifikasi dan menghapus konten palsu yang dihasilkan oleh AI, serta membantu memberikan edukasi penggunanya dalam mengenali informasi yang tidak benar.
Kita harus selalu berhati-hati dalam menyebarkan informasi yang belum terverifikasi, setiap individu harus memiliki tanggung jawab dalam menyaring informasi yang mereka terima dan memastikan hanya menyebarkan informasi yang akurat dan bermanfaat. Dengan cara ini, kita dapat bersama-sama melawan black campaign dan menjaga proses demokrasi yang sehat di Indonesia.