Bete Menjelang SNBT
Saat tulisan ini ditulis adalah 36 hari menuju Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) akan mulai dilaksanakan. Program ini terus mengalami perubahan nama secara berkala namun yang tetap sama adalah kegelisahan pesertanya. Ratusan ribu orang akan memadati berbagai kampus di Indonesia untuk menemukan takdir masing-masing. Maka hal itu tentu menjadi momen yang krusial bagi mereka sehingga para “gladiator” akan mengerahkan segenap kemampuan yang telah disiapkan. Persiapan demi persiapan mereka lakukan demi mencapai keinginan mereka, atau bisa juga keinginan orang tua.
Ketika kalian yang termasuk para peserta membaca tulisan ini, kalian mungkin sedang dihantui rasa bimbang. Sejak sepekan lalu pemuda-pemuda lulusan SMA diteror untuk segera memutuskan pilihan apa yang akan mereka perjuangkan nanti. Panitia memberikan cukup waktu untuk memilih prodi apa dan universitas yang mana. Ini bukan hanya tentang ego pribadi, pendapat orang tua juga merupakan hal yang cukup menantang bagi peserta. Sangat beruntung bagi mereka yang sejalan atau orang tua bisa menerima pilihan anaknya. Tetapi menantang bagi mereka yang harus menegosiasi dan entah siapa yang berhasil memenangkan argumentasi.
Tidak bisa dipungkiri, orang tua adalah salah satu faktor penting dari sebagian besar peserta untuk memilih masa depan mereka. Bagaimanapun juga orang yang mengeluarkan dana bagi pendidikan kita adalah orang tua. Beberapa ayah sudah punya keputusan terhadap anaknya, beberapa ibu sudah berdiskusi dengan suaminya, masih tentang anaknya. Berbagai faktor dipertimbangkan dengan serius berbekal pengalaman dan cara orang tua memandang kehidupan. Walaupun terkadang keputusan itu harus diterima dengan satu atau dua tetes air mata.
Selamat memilih perjuangan kalian masing-masing. Nikmatilah rasa gelisah melihat universitas ternama dan prodi sejuta umat ada pada kolom pilihan. Percayalah bahwa ratusan ribu teman lain juga merasakan hal yang serupa. Fokus sejenak untuk memantapkan pilihan dan mendapatkan restu dari ayah bunda. Setelahnya kembali fokus pada usaha karena itu yang utama.