Evaluasi Kemenkeu Oleh Sepasang Gen Z
Apa yang menjadi topik pembicaraan masyarakat indonesia di media sosial 3 pekan terakhir adalah fenomena yang memilukan. Terhitung sudah sepekan dan korban masih belum juga siuman dari koma di salah satu rumah sakit ternama ibukota. Dukungan terus diberikan kepada korban, dan kutukan terus juga dilayangkan kepada pelaku penganiayaan. Netizen terus berupaya mengawal kasus ini bahkan membuka fakta-fakta yang cukup mencengangkan. Kasus semakin meledak setelah rentetan fakta terungkap bahwa mobil mewah yang dikendarai pelaku menggunakan plat palsu dan pelaku merupakan putra seorang pejabat pajak yang memiliki kekayaan tidak wajar.
Kasus ini adalah tindak kriminal yang cukup serius, sehingga menjadi rantai dalam rentetan masalah yang akhirnya muncul kepada publik. Tidak berselang lama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Akhirnya mencopot ayahanda pelaku yakni Rafael Alun Trisambodo dari jabatannya di Ditjen Pajak Republik Indonesia. Pimpinan tertinggi bidang keuangan Indonesia itu juga melakukan evaluasi besar-besaran kepada seluruh jajarannya. Himbauan untuk hidup sederhana dan tidak memamerkan harta kekayaan juga dipesankan secara serius kepada para aparatur sipil negara khususnya para kepala atau pejabat tinggi.
Tidak berhenti sampai disitu, kasus kekerasan yang dilakukan pelaku juga menguak fakta tentang berbagai masalah yang terjadi terkhusus pada bidang pajak di Indonesia. Muncul kabar yang sangat mencengangkan bahwa ribuan pegawai kemenkeu belum melaporkan harta yang dimilikinya kepada negara. Menyusul itu, mantan Kepala Jendral Bea dan Cukai Yogyakarta, dan Kepala Bea Cukai Makassar juga disorot publik karena kerap kali memposting kekayaan yang mereka miliki.
Lantas, kira-kira bagaimana perasaan masyarakat melihat berbagai masalah yang terjadi pada institusi yang setiap tahun masyarakat menyetorkan kewajibannya membayar pajak kepada mereka. Ekspresi kekecewaan dari masyarakat mencuat di media sosial dengan cukup keras. Berbagai kalangan masyarakat mulai dari artis, pegawai, hingga pengusaha mengkritik atas hal ini. Bagaimana tidak, rakyat yang sudah bekerja keras untuk mencari nafkah telah rela menyisihkan penghasilannya untuk membayar pajak, tetapi nyatanya terindikasi disalah gunakan. Sementara itu, banyak fasilitas publik seperti jalan raya dan pendidikan masih memerlukan banyak peningkatan kualitas.
Pada satu sisi, kami tentu mengutuk dan bersedih atas kejadian yang menimpa korban kekerasan fisik. Kabarnya, hingga tulisan ini dibuat korban masih belum juga sadar dari koma. Maka pelaku dengan keberingasan seperti itu juga harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Pada sisi yang lain, tanpa sengaja ini juga menjadi momentum bagi Kemenkeu untuk mengevaluasi kinerja mereka. Jangan sampai pendapat pajak negara menurun seiring dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap instansi yang mengelola pajak rakyat Indonesia. Semoga momentum “bersih-bersih” ini dapat terlaksana dengan maksimal karena siapa sangka evaluasi Kemenkeu diawali oleh, Sepasang Gen Z.