Globalisasi dan Keindonesiaan Kita
Indonesia dikenal dengan budaya timurnya yang menjunjung tinggi jiwa gotong royong, sopan santun, rasa cinta tanah air, dan lain sebagainya. Kohesivitas menjadi sesuatu yang begitu berharga Ketika berbicara identitas Indonesia sebagai bangsa yang multikultural. Nilai-nilai tradisional yang disebutkan di awal setidaknya telah membentuk identitas nasional yang pada akhirnya menjadi nilai pembeda antara Indonesia dengan bangsa lain.
Sejak akhir abad ke-20 pelemahan identitas nasional mulai terlihat sebagai akibat dominasi globalisasi. Sebagai buah dari perkasanya dunia barat saat itu, dengan mudahnya pengaruh globalisasi mengikis secara perlahan namun pasti identitas nasional bangsa-bangsa timur termasuk Indonesia. Sekarang kita menyaksikan bahkan menikmati produk serba “instan” yang ditawarkan globalisasi. Dengan kesadaran yang penuh kita mulai meninggalkan idealisme ke-timur-an kita karena dirasa tidak relevan lagi untuk model kehidupan sekarang. Kaum yang paling rawan dipengaruhi tentu saja generasi muda dan memang target utama globalisasi adalah kelompok yang labil secara mental.
Negara-negara besar seperti As, negara-negara Uni Eropa, dan jepang menjadi pelopor dari meluasnya pengaruh globalisasi. Tentu saja pergerakan ini memberikan banyak manfaat bagi mereka dalam segala bidang kehidupan. Mereka selangkah lebih maju dalam menguasai dunia. Sementara negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia susah payah membendung pengaruh negatif dari globalisasi terlepas dari banyak hal positif yang kita rasakan. Tantangan terbesar bagi bangsa indonesia saat ini adalah melemahnya identitas nasional.
Melemahnya identitas nasional ditandai dengan sangat mudahnya paham-paham ekstremisme masuk dan memberi pengaruh besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat begitu cepat menerima doktrin-doktrin tersebut akibat dominasi informasi yang datang dari luar. Maka tidak heran apabila timbul gerakan-gerakan separatis dalam negeri yang menginginkan pembentukan negara baru. Selain karena konflik internal, kelompok-kelompok ekstremis juga mendapat suntikan ideologi “ekstrem” dari luar.
Penguatan identitas saja tidak cukup untuk membendung pengaruh kelompok-kelompok separatis di negeri ini. point yang lebih urgent dari sekadar mengembalikan identitas adalah menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap identitas tersebut. Memiliki identitas tapi tidak percaya pada identitas tersebut tidak akan membuahkan hasil. Kepercayaan masyarakat itu penting sebagai bentuk legitimasi atas sesuatu yang kita punya sebagai suatu bangsa. Kepercayaan terhadap identitas nasional harus melebihi paham-paham apapun. Kepercayaan pada identitas nasional berarti kita dengan sepenuh hati yakin bahwa yang Indonesia miliki saat ini adalah yang terbaik untuk masa depan bangsa.