Sengkulun: Kue Tradisional Tak Lekang Zaman

Sengkulun: Kue Tradisional Tak Lekang Zaman
Sponsored links

Sengkulun, juga disebut Sangkolun di Bangka atau Jando Beraes di Palembang, adalah kue tradisional Indonesia berbahan dasar beras ketan yang dikukus. Kue ini sering disajikan dalam berbagai upacara adat dan perayaan di wilayah tersebut.

Asal-Usul Sengkulun

Asal-usul sengkulun beragam di berbagai daerah Indonesia. Di Jawa Tengah, khususnya Purworejo, kue ini disebut Sengkolon dan berwarna merah putih. Di Betawi, sengkulun erat dengan tradisi lokal dan diyakini disajikan sebagai persembahan bagi Raja Pakuan dari Kerajaan Sunda Pajajaran pada abad ke-16. Versi lain menyebut sengkulun terinspirasi dari kue keranjang yang dibuat etnis Melayu dan Cina. Sebuah referensi juga menunjukkan kue ini dibuat pada periode 1513-1514 untuk Raja Pakuan dan terkait dengan ‘hulun-hulun’ di Kerajaan Sunda Kelapa. Nama “sengkulun” berasal dari “Sang Kulun” yang berarti keraton, menunjukkan kue ini sebagai persembahan bagi raja atau pembesar.

Sponsored links

Menurut situs web SeniBudayaBetawi.Com, sengkulun melambangkan ikatan kekeluargaan yang erat dan selalu “hadir” dalam perayaan penting seperti Idul Fitri, Idul Adha, pernikahan, serta acara syukuran. Dahulu, sengkulun merupakan hidangan khusus karena hanya dibuat sebagai persembahan bagi orang yang dituakan atau untuk perayaan besar. Kue ini juga digunakan dalam sedekah bumi dan upacara pernikahan untuk mempererat hubungan keluarga.

Pengaruh Budaya Cina dan Melayu

Sengkulun dipengaruhi kuat oleh budaya Cina dan Melayu, terlihat dari cara pembuatannya dan penggunaannya dalam upacara adat. Bentuknya yang menyerupai kue keranjang menunjukkan pengaruh Cina, sementara tradisi Melayu menggunakan sengkulun sebagai tanda penghormatan dan simbol kebaikan. Kue ini juga melambangkan keterikatan sosial dalam keluarga dan pernikahan, mencerminkan simbol ‘menempel’ satu sama lain. Di daerah seperti Betawi, Jepara, Demak, dan Bangka, setiap versi sengkulun memiliki karakteristik unik dalam rasa, warna, dan tampilan, dengan variasi seperti daun pandan sebagai pewarna hijau alami atau gula merah yang memberikan warna coklat dan aroma karamel.

Proses Pembuatan Kue Sengkulun

Pembuatan sengkulun sederhana tetapi memerlukan waktu lama. Adonan tepung ketan, santan, dan gula merah diaduk hingga rata dan dikukus selama dua jam. Tepung ketan dicampur dengan sagu, dimasak bersama daun pandan dan gula merah hingga adonan mengental. Setelah dingin, adonan dipadatkan dalam loyang persegi berlapis minyak dan dikukus hingga matang. Setelah dingin, kue dipotong dan disajikan dengan taburan kelapa parut untuk menambah perpaduan rasa manis dan gurih.

Inovasi terbaru dari kue sengkulun adalah Kue Sengkulun Pelangi Cassava, yang menggantikan sebagian besar tepung ketan dengan tepung cassava. Produk ini menambah variasi kue tradisional dengan bahan yang lebih lokal dan ramah lingkungan, menggunakan hingga 80% tepung cassava. Masyarakat menerima produk ini dengan baik dari segi rasa, aroma, dan warna, meskipun kritik muncul terkait teksturnya yang masih terlalu keras dan perlu diperbaiki agar lebih empuk.

Kue Tradisional Sengkulun

Nilai Simbolis dan Budaya

Kue sengkulun memiliki nilai historis penting. Di Betawi, kue ini simbol persatuan dan kekeluargaan, dengan tekstur lengket dari tepung ketan yang melambangkan eratnya hubungan antar anggota keluarga dan pasangan. Kue sengkulun dibuat hanya pada acara besar seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan pernikahan, menjadikannya simbol pengikat hubungan kekeluargaan dan sosial. Dalam tradisi Jawa, ketan bermakna ‘ngraketke,’ yang berarti mengikat, memperkuat simbol persaudaraan dan keterikatan.

Saat ini, sengkulun tetap populer di kalangan masyarakat Indonesia, dihargai bukan hanya karena rasanya yang lezat tetapi juga nilai nostalgianya dan sebagai salah satu warisan budaya. Meskipun metode pembuatan sengkulun telah dimodernisasi, esensi dan cita rasanya tetap terjaga. Sengkulun menghubungkan masa lalu dengan masa kini, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tradisi kuliner dari arus modernisasi.

 

Sponsored links

SEO Expert and AI Enthusiast. Someone Who Loved Culinary Arts and Traveling.

Artikel Lainnya: